Hudya (Kiddy): Saatnya Berpisah, Medium

Setiap pertemuan ada perpisahan, setiap kemajuan selalu ada keputusan.

Hudya
6 min readJun 15, 2021
Photo by kazuend on Unsplash

Halo semua, halo halo. Ngga nyangka, hari ini, detik ini, saya harus menulis artikel ini. Dimulai dari 2017 disaat saya pertama kali memutuskan menginjakkan kaki di Medium untuk menulis tutorial. Rasanya, jujur berat sekali untuk meninggalkan platform yang membesarkan nama saya (yaelah lebay banget hahaha). Eh, tapi serius loh, berkat Medium, nama saya jadi berseliwer di Internet, bahkan di Twitter saya ngga sedikit yang nyinggung “Oh ini toh penulis tutorial yang gue baca”.

Anjay, rasanya tuh kaya lagi dipuji karena telah membantu sepenuh hati. Hari ini saya menulis postingan ini dengan hati terdalam karena saya ingin mengucapkan selamat tinggal, aneh ya? Biasanya nulis tutorial coding, kok ini malah cabut.

Back to 2017, alasan saya memulai Medium adalah karena waktu itu saya udah fucked up sama Wordpress yang lemot, dan kurang asik aja. Waktu itu juga saya ngga tau ada dev.to maupun hashnode, dan kebetulan banget yang muncul ya Medium, jadi ya saya bikin Medium aja.

Selain itu, di 2017 temen-temen saya minta saya untuk ngajarin mereka Laravel, sedangkan saya sendiri ngga punya waktu gitu untuk nemenin mereka, jadi ya daripada saya gabut, mending saya tulis aja tutorialnya, toh menulis banyak manfaatnya kok, selain buat diri sendiri, ternyata juga bermanfaat untuk orang lain.

Awalnya saya hanya menjadikan Medium sebagai platform saya untuk menuliskan konten tutorial buat saya pribadi, dan kawan terdekat saya, ya biar saya ngga lupa plus temen saya bisa baca tulisan saya. Seiring waktu, eh loh eh kayanya blog saya terus ter-index oleh Google, dan waktu 2017–2019 kan Laravel lagi panas-panasnya ya kaya Bekasi (loh).

Ternyata juga blog saya disebar sana-sini udah kaya gossip aja pake kesebar, dan mulailah saya berdatangan visitor, dari 3k per bulan, hingga peaknya itu 33k perbulan di sekitaran Desember 2020. Jujur, akhir-akhir ini visitor saya menurun, saya juga ngga paham kenapa, apa karena tulisan saya udah ngga ditunggu? Atau karena Bootcamp dan tutorial gratis lainnya mulai bermunculan? Ya, who cares. Intinya saya tetap akan menulis untuk membagikan ilmu, meskipun hanya 1 orang di dunia ini yang baca.

Pindah Platform

Sejujurnya sudah lama saya kepikiran pindah platform, kenapa gitu? Bagi saya ada beberapa masalah di Medium:

  1. Saya ngga bisa manage kontennya berdasarkan tag/category, sehingga sulit banget membuatnya lebih rapih. Kalau mau lebih baik saya harus buat semacam publication terlebih dahulu, dan saya jujur aja ngga mau. Followers di akun pribadi saya udah banyak, sayang aja kalo dipindahin dengan ngebuat publication baru.
  2. Viewers saya kesulitan mencari tutorial-tutorial lama, ya karena bentuknya ngga tertata jadinya susah banget ngebuat semacam series atau konten yang bagus, alhasil saya harus bikin backlink di setiap post untuk memberitahu kalau post ini lanjutan darimana, jujur aja ini nyebelin sih.
  3. Medium itu general, bukan tentang coding aja, sedangkan saya lebih banyak bahas tentang coding, dan ya sudah pasti orang ngga akan terlalu sering cek Medium, kecuali emang yang kenal saya, atau ada networking karena linknya disebar, atau malah kebetulan lagi browsing terus nemu.

Saya akui, Medium memiliki DA/PA yang sangat baik, apa DA/PA? Semacam parameter untuk menentukan rank di Google karena web Medium yang udah terkenal.

Saya berkelana mencari platform, kalau pindah ke hashnode.com sama aja kaya medium, ke dev.to juga ngga ada kategori, ke ghost ngga asik berbayar. Ya walaupun Ghost bisa open source dan saya sewa server sendiri, tapi jujur aja males banget sih, ntar perlu hosting lagi, biaya lagi, dan belom kalo ada yang iseng jail ngirim DDoS ke server saya hahaha.

Notion.so Adalah Jawaban

Saya pernah menggunakan notion.so pada tahun 2020-an, dan bahkan saya gunakan untuk tim pribadi dan personal use saya untuk berbagai kebutuhan. Awalnya saya ngerasa ini worth it, tapi karena saya jarang pake, ya saya matiin lagi.

Nah di tahun 2021, mulai banyak ide dari Notion.so yang bisa dikembangkan, salah satunya menggunakan Notion.so as a personal page, seperti yang friutionsite kampanyekan. Dikarenakan saya seorang Developer, ya ngga sulit bagi sya untuk melakukan konfigurasi terhadap Cloudflare dan menggunakan domain saya perogeremmer.com sebagai tempat berlabuh.

Alhasil, saya oprek lagi dan ternyata powerful banget, dan saya malah memindahkan tutorial saya dari Medium ke Notion milik saya.

Disini bisa dilihat bahwa saya dapat memasukkan multiple category sehingga memudahkan teman-teman yang ingin mencari tutorial saya. Tutorial dapat dicari dengan kategori maupun judul tutorial.

Isi konten pun tidak jauh berbeda dari Medium, meskipun jujur saja yang saya rasakan, penulisan paragraf di Medium jauh lebih rapih daripada Notion.so, ini dikarenakan ya Notion.so tidak berfokus kepada pembuatan blog seperti Medium.

Well, it’s okay, looking for the perfect place emang ngga akan pernah ada karena semua pasti ada pro-kontra. Notion.so bagi saya adalah solusi, karena konten saya banyak, terus berkembang, dan akan bisa dicari dan ditemukan dengan mudah. Selain itu saya bisa membuat page baru dengan lebih customizeable, sehingga dapat membuat konten series dari tutorial saya, ya let’s say one day saya menulis MERN Stack, saya kan bisa tuh buat ala-ala mini-course begitu.

Nasib Medium Saya

Sejujurnya saya bingung, tadinya saya ingin menghapus akun Medium saya sih, tapi setelah saya pikir-pikir, nampaknya akun ini dikremasikan saja alias ya sudah ditinggalkan saja. Jikalau Medium masih survive hingga nanti saya punya keturunan, saya ingin memberitahu padanya tentang akun ini sebagai bukti bahwa ayahnya sudah berjuang sedari dulu di dunia pendidikan untuk memberikan pendidikan gratis, semoga keturunan saya memiliki jiwa juang yang sama.

Kita tidak perlu menjadi orang kaya terlebih dahulu untuk berbagi, karena nyatanya ilmu bisa lebih berharga daripada uang. — M Hudya Ramadhana

Belajar Secara Gratis

Ohiya teman-teman, bulan lalu saya juga baru saja mendirikan Stutle, Study Turtle, yaitu organisasi non-profit yang saya gagas untuk membangun ekosistem belajar yang baik, dan menyediakan mentoring serta penulisan materi di bidang IT (Backend. Frontend, Android, DevOps, UI/UX hingga Machine Learning) secara gratis. Kebetulan saya mendapat dukungan dari sahabat internet saya, dan banyaknya volunteer yang bergabung untuk membuat konten tutorial materi secara gratis.

GRATIS, SERIUS?

Yep, berkat dukungan dari banyaknya pihak volunteer, saya bisa mendirikan organisasi ini. Memang terkesan aneh bualan gratis-gratis macam ini karena semua butuh biaya, tapi nyatanya para volunteer tetap bergabung dan mereka tidak bertanya tentang uang sepeserpun. Hal ini menjadi dorongan dan daya tarik untuk saya sendiri agar terus maju bersama para volunteer.

Kedepannya kami akan menyediakan material dan mentoring secara gratis. Kalian dapat mengunjungi website resmi Stutle, serta mengikuti Stutle melalui laman resmi di Sosial Media untuk mendapatkan informasi terbaru terkait open recruitment nantinya.

Kami di Stutle percaya, bahwa pendidikan itu harus dapat disalurkan tanpa pandang bulu, dan karena banyaknya pendidikan yang hingga saat ini masih belum dapat terjangkau bagi kalangan yang tidak beruntung, maka dari itu Stutle ada untuk mereka.

Adios, ini post terakhir saya di Medium. Kedepannya saya akan terus menulis dari hal yang berbau programming hingga hal yang tidak berbau programming pada laman pribadi saya, yaitu perogeremmer.com. Jikalau kalian ingin mampir, sangat dipersilahkan sekali untuk mampir.

Sampai jumpa Medium semoga perusahaan dan produk ini bisa terus bertahan sampai kapanpun, sampai jumpa reader setia saya hingga detik ini semoga kalian punya semangat juang yang sama seperti saya. Saya tunggu kalian di platform terbaru saya. 🌞

--

--

Hudya

Which is more difficult, coding or counting? Not both of them, the difficult one is sharing your knowledge to people without asking the payment.